Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat dikatakan sebagai pilar perekonomian bangsa. Dalam UKM inilah yang menyediakan kesempatan kerja lebih luas bila dibandingkan dengan usaha besar dan menjadi pendukung perekonomian nasional. Disamping itu UKM terbukti sebagai usaha ekonomi kerakyatan yang mampu bertahan di tengah badai krisis perekonomian. Hal itu terbukti ketika terjadi krisis banyak usaha besar yang gulung tikar dan melakukan PHK besar-besaran karena tidak mampu bertahan, sedangkan UKM meskipun berjalan sedikit tertatih namun masih mampu berdiri dan lolos dari badai krisis tersebut. UKM mampu survive karena tidak memiliki utang luar negeri, tidak banyak utang ke perbankan, menggunakan input lokal dan berorientasi ekspor. Oleh karena itu UKM perlu untuk dikembangkan dan terus diberdayakan agar tetap hidup dan memperkuat perekonomian nasional.
Demikian halnya dengan UKM di daerah seperti di Kabupaten Pacitan. Di Kabupaten Pacitan sendiri terdapat berbagai macam jenis UKM yang sedang berkembang, diantaranya adalah kerajinan batik lorok, kerajinan batu akik, batu mulia, produksi gula merah, olahan ikan, gerabah, olahan kayu, olahan ketela dan anyaman bambu. Diantara UKM-UKM tersebut yang menjadi produk unggulan Kabupaten Pacitan adalah kerajinan batik lorok. Produk ini menjadi unggulan karena memanfaatkan bahan lokal, corak lokal, ramah lingkungan, mencirikan identitas Pacitan dan mulai dikenal luas oleh masyarakat.
Kerajinan batik lorok ini merupakan produk asli UMKM yang diproduksi di suatu dusun yang berada di sisi timur dari Kota Pacitan yaitu di Dusun Lorok Desa Bogoharjo Kecamatan Ngadirojo. Keunggulan dan ciri khas dari batik tulis ini adalah pewarnaan yang menggunakan bahan alami yang berasal dari akar-akaran, dan kulit pohon lokal. Warna alaminya ini menjadi daya tarik bagi pembeli asing dan dianggap ramah lingkungan. Ciri khas lainnya adalah corak batik lorok yang selalu berupa daun-daun, pohon-pohon atau hewan-hewan yang ada di daerah tersebut.
Saat ini jumlah usaha batik yang ada mencapai 134 unit dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 287 orang. Nilai investasi kerajinan batik di wilayah Lorok ini mencapai 3,4 miliar rupiah dengan nilai produksi sebesar 2,875 miliar rupiah dan nilai bahan baku 1,7 miliar rupiah. Untuk meningkatkan usaha kerajinan batik ini dikelola dalam suatu wadah koperasi yang ada beberapa unit diantaranya Koperasi Wanita Canting Jaya, Koperasi Wanita Balik Puri dan Koperasi Maju Lancar Malika. Koperasi-koperasi tersebut berperan sebagai penyuplai bahan baku serta tempat pemasaran kerajinan batik. Suplai bahan baku sebagian besar didatangkan dari Solo, Yogyakarta dan Bali.
Dengan sistem pewarnaan alami dari akar-akaran dan kulit kayu membuat tampilan batik lorok ini terkesan lembut. Namun demikian, produk yang dihasilkan untuk sementara ini masih mengarah pada pemakaian tradisional seperti kain panjang, jarik, dan baru sebagian kecil yang dijadikan sebagai produk fashion seperti baju. Untuk itu pengembangan inovasi sangat dibutuhkan demi menghasilkan produk batik yang berkualitas, unik, produk turunan batik yang bervariasi terutama fashion dan sesuai dengan permintaan pasar.
Selain masih minimnya inovasi, sampai saat ini produk batik lorok masih terkendala persoalan diantaranya adalah masih terbatasnya upaya promosi, belum seluruh perajin memiliki merek dan hak paten, serta sulitnya infrastruktur untuk menjangkau lokasi sentra batik lorok yang terletak sekitar 40 km sebelah timur dari pusat kota Pacitan. Sehingga meski pun batik ini telah diminati oleh pembeli asing seperti dari India dan Jerman namun mereka masih kesulitan untuk mendatangi dan memesan langsung ke sentra batik lorok.
Kendala pemasaran ini menyebabkan batik lorok belum mampu menjangkau pasar yang jauh lebih luas. Gedung galeri pameran berbagai macam produk unggulan UMKM di Kabupaten Pacitan yang dulu berfungsi sebagai tempat promosi dan sentra oleh-oleh khas Pacitan termasuk batik, kini tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Karena kurangnya perhatian dari pemerintah daerah maka gedung tersebut dibiarkan terlantar tanpa dipelihara dengan baik. Padahal sebenarnya gedung tersebut merupakan aset penting daerah dan memiliki peran utama untuk promosi.
Namun demikian pemerintah daerah tidak hanya membirkan perkembangan UKM di Pacitan jalan di tempat. Pemerintah melakukan terobosan lain untuk usaha pengembangan UKM ini diantaranya adalah dengan meluncurkan program One Village One Product (OVOP).
OVOP merupakan pendekatan program pengembangan produk unggulan daerah serta meningkatkan nilai tambah produk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wadah koperasi dan UKM (KUMKM). Komoditas UKM yang dikembangkan melalui OVOP yang dikelola koperasi ini antara lain batik, produk batu mulia, gula merah, olahan ikan, gerabah, olahan kayu, olahan ketela, dan anyaman bambu. OVOP memiliki prinsip local but global, sehingga diharapkan melalui program ini produk-produk lokal Pacitan dapat berkembang dan mampu menembus pasar global.
Batik lorok yang dikembangkan melalui OVOP ini diharapkan mampu meningkatkan produksinya dan memberi nilai tambah kepada para perajin. Program ini juga mendapat perhatian dari pemerintah pusat terutama dari Kementerian Koperasi dan UKM. Pemerintah pusat sangat mendukung program tersebut dan akan berperan aktif mengoptimalkan produk batik dari Pacitan. Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan, siap membantu produk OVOP Pacitan yang dikelola koperasi dari mulai bantuan permodalan, pelatihan, promosi serta pemasaran. Selain itu pemerintah pusat juga melakukan perkuatan pembiayaan kepada beberapa koperasi untuk meningkatkan permodalan, diantaranya dengan menyerahkan bantuan pengadaan sarana peralatan produksi batik tulis kepada Koperasi Wanita Batik Puri, bantuan permodalan kepada Koperasi Maju Lancar Malika. dan bantuan perkuatan modal kepada Koperasi Wanita Canting Jaya.
Dukungan pemerintah pusat juga diberikan dengan memfasilitasi pemasaran dan promosi di UKM Gallery Jakarta. Batik tulis lorok dari Pacitan kini telah dipajang di gallery UKM gedung Smesco Indonesia Jakarta. Dengan demikian maka pemerintah dan perajin juga semakin optimis bahwa dengan mengoptimalkan produksi dan dukungan promosi dari pemerintah pusat maka komoditas ini akan dikenal secara nasional bahkan internasional.
Meskipun demikian, dari pemerintah daerah serta masyarakat Pacitan sendiri juga harus tetap memberikan perhatian kepada produk unggulannya tersebut. Diantaranya adalah menggunakan seragam batik bagi pegawai pemerintahan serta siswa-siswa sekolah mulai tingkat TK, SD, SLTP dan SLTA di hari-hari tertentu. Selain itu bagi masyarakat biasa batik juga sudah mulai menjadi tren fashion yang diminati dengan berbagai corak dan motifnya. Dengan demikian selain berpartisipasi melestarikan kekayaan daerah, masyarakat juga telah mendukung terhadap upaya pemasaran produk batik lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar